Tujuan dan Alasan Naik Gunung - Mungkin banyak dari teman-teman yang masih bingung, untuk apa tujuan kalian naik gunung?
Beberapa biasa menjawab seperti ini :
Atau ada tujuan lain dari naik gunung? Silahkan diisi didalam kolom komentar :)
Saya sendiri bingung ketika orang tua bertanya, "Untuk apa naik gunung? Sudah melelahkan, beresiko pula. Bagaimana kalau hilang? Dimakan binatang? Meninggal karena kedinginan?" Saya hanya bungkam dan berteriak dalam batin saya sendiri, bahwa takdir-Nya telah tertulis rapi di Lauhul Mahfudz. Setidaknya, saya selalu berhati-hati dalam menjalankan kegiatan apapun.
Mungkin beberapa teman pun menganggap saya aneh atas kegiatan ini. Saya maklum benar, sebagai anak yang lebih sering menghabiskan waktunya dengan bermain game berjam-jam atau mengetik sesuatu di laptopnya seharian penuh ternyata diam-diam memiliki hobi naik gunung. Sebetulnya bukan hobi, sih. Namun lebih tepat dikatakan sebagai candu.
Ya, saya kecanduan naik gunung, walaupun terkadang waktu yang tidak dapat diprediksi kapan saya bisa naik gunung.
Saya ketagihan bagaimana rasanya berada di atas awan, bercengkrama dalam hangatnya kebersamaan, dan lain-lain yang telah saya sebutkan di atas. Saya juga merasa memiliki hutang tiap kali turun gunung dan tak menulisnya ulang di blog ini. Semakin sering saya naik gunung, semakin banyak tulisan yang saya hasilkan.
Quote diatas yang selalu meyakinkan saya, bahwa sebuah perjalanan tak akan ada yang sia-sia. Seburuk apapun perjalanan yang kita tempuh, pasti menghasilkan cerita, bukan? Cerita buruk atau menyenangkan, yang penting kita memiliki oleh-oleh, sebuah dongeng.
Saya selalu membayangkan bagaimana anak-cucu saya nanti, dengan mata mereka yang berbinar mendengarkan ayah/kakeknya bercerita tentang gunung-gunung yang tinggi, pucuk-pucuk yang tak terjangkau, maut yang begitu dekat, hingga bagaimana memaknai arti hidup sebenarnya. Saya tak pernah mendengar dongeng seperti itu dari orang tua saya sendiri. Saya ingin anak-cucu saya nanti memiliki wawasan yang luas, yang membuat mereka bisa menjalani hidup layaknya orang naik gunung; "Tetap menunduk ketika naik dan tetap tegak ketika turun." Yang memiliki arti seperti ini, kita harus tetap merendah ketika sedang berada di puncak kehidupan, dan berusaha tetap tegar ketika hidup sedang di bawah. Roda benar-benar berputar, bukan?
Jadi, apa tujuan dan alasanmu naik gunung?
Apa tujuan kita sama?
Beberapa biasa menjawab seperti ini :
- Mensyukuri nikmat Tuhan bahwa Alam Indonesia indah
- Menikmati ketinggian
- Bermain dengan awan
- Melihat pemandangan yang nggak bisa dilihat di kota
- Memaknai arti kehidupan yang sebenarnya
- Merasakan kesenangan tersendiri ketika sampai puncak
- Mengartikan apa itu kebersamaan
- Menghilang dari peradaban
- Bosan dengan rutinitas
- Olahraga
- Mencari jodoh
- Hobi
- Lifestyle
- Ikut-ikutan
Atau ada tujuan lain dari naik gunung? Silahkan diisi didalam kolom komentar :)
Saya sendiri bingung ketika orang tua bertanya, "Untuk apa naik gunung? Sudah melelahkan, beresiko pula. Bagaimana kalau hilang? Dimakan binatang? Meninggal karena kedinginan?" Saya hanya bungkam dan berteriak dalam batin saya sendiri, bahwa takdir-Nya telah tertulis rapi di Lauhul Mahfudz. Setidaknya, saya selalu berhati-hati dalam menjalankan kegiatan apapun.
Mungkin beberapa teman pun menganggap saya aneh atas kegiatan ini. Saya maklum benar, sebagai anak yang lebih sering menghabiskan waktunya dengan bermain game berjam-jam atau mengetik sesuatu di laptopnya seharian penuh ternyata diam-diam memiliki hobi naik gunung. Sebetulnya bukan hobi, sih. Namun lebih tepat dikatakan sebagai candu.
Ya, saya kecanduan naik gunung, walaupun terkadang waktu yang tidak dapat diprediksi kapan saya bisa naik gunung.
Saya ketagihan bagaimana rasanya berada di atas awan, bercengkrama dalam hangatnya kebersamaan, dan lain-lain yang telah saya sebutkan di atas. Saya juga merasa memiliki hutang tiap kali turun gunung dan tak menulisnya ulang di blog ini. Semakin sering saya naik gunung, semakin banyak tulisan yang saya hasilkan.
"Berjalanlah keluar, kamu akan memiliki satu sampai dua dongeng saat kembali"
Quote diatas yang selalu meyakinkan saya, bahwa sebuah perjalanan tak akan ada yang sia-sia. Seburuk apapun perjalanan yang kita tempuh, pasti menghasilkan cerita, bukan? Cerita buruk atau menyenangkan, yang penting kita memiliki oleh-oleh, sebuah dongeng.
"Semua ini demi cerita ke anak-cucuku nanti. Bukan hanya cerita Cinderella dan sepatu kacanya, tapi juga aku dan sepatu gunungku."
Saya selalu membayangkan bagaimana anak-cucu saya nanti, dengan mata mereka yang berbinar mendengarkan ayah/kakeknya bercerita tentang gunung-gunung yang tinggi, pucuk-pucuk yang tak terjangkau, maut yang begitu dekat, hingga bagaimana memaknai arti hidup sebenarnya. Saya tak pernah mendengar dongeng seperti itu dari orang tua saya sendiri. Saya ingin anak-cucu saya nanti memiliki wawasan yang luas, yang membuat mereka bisa menjalani hidup layaknya orang naik gunung; "Tetap menunduk ketika naik dan tetap tegak ketika turun." Yang memiliki arti seperti ini, kita harus tetap merendah ketika sedang berada di puncak kehidupan, dan berusaha tetap tegar ketika hidup sedang di bawah. Roda benar-benar berputar, bukan?
Jadi, apa tujuan dan alasanmu naik gunung?
Apa tujuan kita sama?
5 komentar
Kalo gue sih tentu nya ingin refreshing gitu dan ya mau melihat pemandangan alam.
Wih seru nih naik gunung :D thx gan
kalo ane ngisi waktu liburan gan.. hahaha
saya naik gunung yg ada tanggalnya aja, gunung broo hehe
tapi asyik emg naik gunung cuma antara ya dan tidak hehe
buat ngeexplor hal-hal baru dan keindahan alam, mungkin :D